SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI DI SEKOLAH DASAR
2.1 Pengertian Sistem
Sistem
dapat didefinisikan sebagai seperangkat objek dengan hubungan-hubungan antara
objek dan hubungan antara atributnya. Dengan kata lain, system adala suatu
kesatuan utuh yang terjalin dari:
a. Sejumlah
bagian.
b. Hubungan
bagian-bagian.
c. Atribut
dari bagian-bagian itu dan hubungannya.
Sistem
merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu, dari kata “system” yang artinya
adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut
beberapa ahli, pengertian sistem adalah sebagai berikut.
a. Menurut
Ludwig Von Bartalanfy, sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat
dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
b. Menurut
Anatol Raporot, sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan
satu sama lain.
c. Menurut
L. Ackof, sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
Istilah sistem
dapat digunakan untuk mengacu kepada jaringan yang luas mulai dari satuan
terkecil sampai seluruh alam semesta. Semua sistem mempunyai keunikan sifat
yang memungkinkan system-sistem itu dapat dibedakan dari yang lain, walaupun
dengan yang sangat serupa, dan dapat dibedakan dari lingkungannya. Jadi sistem
adalah seperangkat unsure yang secara konseptual terdiri dari bagian-bagian
dalam keadaan saling tergantung satu sama lain.
2.2 Jenis Dasar Sistem
Ada
dua jenis dasar system yaitu sebagai berikut.
a. System
terbuka adalah sistem yang mengadakan pertukaran masalah dan energi dengan
lingkungannya.
b. Sistem
tertutup bersifat self-contains dan tidak berpengaruh oleh sistem lain atau
lingkungannya.
Masalah
keterbukaan dan ketertutupan, sistem bukanlah proporsi yang sederhana. Kualitas
yang unik dari sistem terbuka adalah kemampuannya menghalangi kecenderungan
entropi. Akan tetapi sistem terbuka dapat mengurangi entropi hanya melalui
bekerja, harus menyalurkan suber energi lain. Kecenderungan entropi itu konstan
dan memerlukan perhatian yang berkesinambungan agar dapat memelihara dan
memperbaiki kehidupan sistem itu. Semua sistem mempunyai subsistem yang dapat
didefinisikan sebagai sistem sendiri.
Masalahnya adalah bahwa karena suatu
sistem, misalnya suatu sekolah mempunyai sifat terbuka, tidak berarti bahwa sistem
itu tetap atau tetap akan berfungsi dinamis atau memberikan kontribusi secara
maksimal. Untuk menjadi terbuka secara maksimal, berarti suatu upaya yang sadar
pada sistem itu untuk memaksimalkan baik eksistensinya maupun hubungan dengan
lingkungannya. Kunci semua sistem terbuka adalah pertumbuhan dan perkembangan sistem
itu dari keadaan permulaan yang primitif dan embrionik kepada keadaan fungsionalitas
yang matang, aturan yang meningkat, diferensiasi, variasi, dan keadaan
kompleks. Ketika sistem terbuka itu melibatkan dan menarik sumbernya sendiri
dari lingkungannya, eksistensi dinamis sistem itu dan kontribusinya kepada
dirinya sendiri dan kepada lingkungannya meningkat. Evolusi semacam itu
menjamin keterbukaan melalui kegiatan sistem.
Dalam pengertian dasar sistem
terbuka ada beberapa implikasi bagi administrator pendidikan dan tugasnya. Yang
pertama dan yang paling penting adalah ide bahwa suatu sistem lebih dari
sekedar bagian-bagian yang dapat dirumuskan. Bagian-bagian dari sistem adalah
sebagai berikut:
1) Hubungan
antara bagian-bagiannya.
2) Atribut
bagian-bagiannya dan hubungan-hubungannya.
Oleh karena itu, sistem merupakan
kesatuan (entity) yang kompleks dengan dimensi yang kuantitatif. Agar dapat
memahami atau bekerja dengan suatu sistem, seseorang harus mengetahui
komponen-komponen sistem itu sendiri serta bagaimana komponen-komponen ini
berhubungan secara fungsional dan memahami aspek-aspek kuantitatif
komponen-komponen itu dan salaing ketergantungan. Sistem agar dapat melanjutkan
fungsinya atau meningkatkan keefektifannya harus secara konstan dan secara
sadar memberantas kecenderungan alamiah sistem ke arah entropi atau kematian.
Seseorang yang memiliki posisi yang sangat penting seperti administrator
pendidikan harus menangani berbagai sistem yang baik yang mandiri maupun yang
saling bergantung. Administrator tidak hanya harus memahami dan melibatkan diri
ke dalam kegiatan sistem semacam itu dalam pekerjaannya, tetapi juga harus
memaksimumkan efek dari sistem ini pada pelajar sehingga sekolah dapat memenuhi
fungsinya. (Sudjana, 1989:231 dalam Madri, 2012: 140)
2.3 Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur
organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam, yaitu Sentralisasi dan
Desentralisasi. Diantara kedua struktur tersebut, terdapat beberapa struktur
campuran, yakni yang lebih cenderung kearah sentralisai mutlak dan yang lebih
mendekati desentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara
sentral.
a.
Struktur Sentralisasi
Di negara-negara
yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral yakni yang kekuasaan
dan tanggung jawabnya di pusatkan pada suatu badan di pusat suatu pemerintahan
maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian
dalam administrasi apapun. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan
pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan
struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan
bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal
dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan
ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya
merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata.
Sesuai dengan sistem
sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru
dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur
pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan
instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol
adalah keharusan adanya uniformitas(keseragaman) yang sempurna bagi seluruh
daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan
pendidikan, terutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis. Adapun
keburukan/keberatan yang principal ialah:
1)
Bahwa administrasi yang demikian
cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Para pelaksana
pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi
orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
2)
Organisasi dan administrasi berjalan
sangat kaku dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah
dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehinga kelancaran penyelesaian
persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
3)
Karena terlalu banyak kekuasaan dan
pengawasan sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan
mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang
biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang
sedang atau sedikit saja.
b.
Struktur Desentralisasi
Di negara-negara
yang sistem pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah
pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat.
Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah berada sepenuhnya dalam tangan
penguasa daerah. Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya
kepada daerah yang lebih kecil lagi seperti kabupaten/kotapraja, distrik,
kecamatan, dan seterusnya. Dalam penyelenggaraan dan pembangunan sekolah,
sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-masing. Setiap
daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan
anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel atau guru, gaji
guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan,
pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.
Kepala sekolah
tidak semata-mata seorang guru kepala, tetapi seorang pemimpin, professional
dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai
oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan
masyarakat awasan dan sosial-control yang langsung dari pemerintahan dan
masyarakat setempat. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah dan guru-guru
adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat,
dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.
Tentu saja, sistem
desentralisasi yang ekstrem seperti ini ada kebaikan dan keburukannya. Beberapa
kebaikan yang mungkin terjadi ialah:
1)
Pendidikan dan pengajaran dapat
disesuaikan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
2)
Kemungkinan adanya persaingan yang sehat
diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk
menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
3)
Kepala sekolah, guru-guru, dan
petugas-petugas pendidikan yang yang lain akan bekerja dengan baik dan
bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan
masyarakat setempat.
Adapun keburukannya adalah sebagai
berikut:
1)
Karena otonomi yang sangat luas,
kemungkinan program pendidikan di seluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini
akan menimbulkan perpecahan bangsa.
2)
Hasil pendidikan dan pengajaran
tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat, maupun
jenisnya, sehingga menyulitkan bagi pribadi murid dalam memperaktikan
pengetahuan atau kecakapannya di kemudian hari di dalam masyarakat yang lebih
luas.
3)
Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas
pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang
materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain pada
karyawan-karyawan yang bukan guru.
4) Penyelenggaraan
dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu
mungkin akan sangat memberatkan beban masyarakat setempat. (Ngalim Purwanto,
1991:26-27 dalam Madri, 2012:143)
2.4 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menyusun organisasi sekolah
a.
Tingkat sekolah
Berdasarkan
tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas:
1) Sekolah
Dasar (SD)
2) Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
3) Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
4) Perguruan
Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas
berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya. Contohnya: di
sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan( guidance and
counseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah,
dan hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan departemen P dan K
tidak atau belum mengangkat seseorang pembimbing khusus bagi Sekolah Dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan biasanya tersedia satu orang tenaga
konselor atau pembimbing dengan tugas pokonya sebagai pembimbing. Karena itu
biasanya di sekolah counseling- seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak
bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi
tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah organisasi intra
sekolah(OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah,
dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum atau
program pendidikan dan pengajaran. Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak
bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas
dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban
tugas tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian, pengabdian dan
masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga
semakin bervariasi susunan organisasinya.
b.
Jenis Sekolah
Ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umu
adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan
untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Sekolah kejuruan
adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal
kecakapan atau keterampilan khusus, setelah selesai studinya, anak didik
langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat. Pada sekolah kejuruan terdapat
petugas (coordinator) praktikum, sedangkan pada sekolah umum tidak. Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenagakerjaan penempatan alumni,
sedangkan pada sekolah umum tidak.
c.
Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah murid,
jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan dan fasilitas yang memadai.
Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dan dari
ketentua yang berlaku. Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya
sekolah yang bersangkutan. Makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka
ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun
kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
d.
Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di
daerah pedesaan akan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan
sekolah dasar yang berada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang
kini mulai didirikan di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya
tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di Kota apalagi di kota besar.
Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih
berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan
yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah. kelompok masyarakat
yang berbeda terhadap duni pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti
menunjukkan berbagai variasi berbedaan, oleh karena itu penyusunan struktur
organisasi sekolah perlu diperhatikan.
2.5 Susunan Organisasi Di Sekolah
Organisasi secara umum
dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/
penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung
jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah
tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang
baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalanka
penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan
baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yng telah ditentukan. Melalui
struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan
wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, dan apa tugas karyawan sekolah (yang
biasa dikenal sebagai pegawai tata usaha). Dengan organisasi yang baik dapt
dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebuhan
atau otoriter. Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya
partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.
Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan polatetap hubungan-hubungan
diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang berbeda
dalam suatu organisasi.
Sebelum
membahas susunan organisasi di sekolah, kita akan memaparkan terlebih dahulu
mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi sekolah adalah:
a.
Unsur
kepemimpinan
Unsur kepemimpinan di
sekolah terdiri dari kepala sekoalh dan wakil kepala sekolah. Adapun tugas
kepala sekolah adalah :
1)
Merencanakan,
menyusun, membimbing,dan mengawasi kegiatan admnistrasi pendidikan sesuai
dengan kebikjakan yang telah ditetapkan.
2)
Mengintegrasi
dan mengkoordinasi kegiatan dari unit-unit kerja yang ada dilingkungan sekolah.
3)
Menjalin
hubungan dan kerja sama dengan orang tua siswa, lembaga-lembaga pemerintah dan
masyarakat.
4)
Melaporkan
pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan kegaiatan admnistrasi di sekolah kepada
atasannya langsung. Sedangkan tugas wakil kepala sekolah antara lain adalah
membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dam mewakili
kepala sekolah apabila kepala sekolah berhalangan.
b.
Unsur
tata usaha
Kegiatan tata usaha ini
antara lain meliputi pekejaan surat-menyurat dan kearsipan,pelaksanaan
pengusulan pegawai, pengurusan kenaikan pangkat, kesejahteraan pegawai.
c.
Unsur
urusan
Unsur urusan merupakan
bgian dari organisasi sekolah yang dijabat oleh guru, tugasnya adalah membantu
penyelenggaraan kegiatan administrasi pendidikan sekolah dalam bidang-bidang
pengajaran,kesiswaan, bimbingan dan penyuluhan, pengabdian dan kurikuler.
d.
Unsur
instalasi
Instalasi membantu
kegiatan administrasi pendidikan disekolah dengan jalan menyediakan layanan
penunjang kegiatan belajar-mengajar disekolah. Unsur instalasi ini meliputi
perpustakaaan, laboratorium, bengkel kerja (workshop) sera asrama.
e.
Unsur
pelaksana
Unsur pelaksana secara
langsung melaksanakan proses belajar-mengajar disekolah. Unsur pelaksana ini
meliputi ketua jurusan, guru bidang studi, guru kelas dan wali kelas.
f.
Siswa
Siswa merupakan fokus
kegiatan layanan disekolah. Dikatakan demikian karena semua kegiatan yang
dilakukan oleh setiap unsur dalam organissasi sekolah bermuara pada siswa
sebagai peserta didik. (Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 208-222).
Peranan dari masing-masing struktur organisasi di
sekolah antara lain adalah sebagai berikut.
a.
Kepala sekolah, bertugas sebagai
edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator
(EMASLIM). Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan
catur wulan, dan tahunan. Kepala sekolah mengadakan hubungan dan kerja sama
dengan pejabat-pejabat resmi dalam usaha pembinaan sekolah.
1) Kepala
sekolah sebagai edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai
edukator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala sekolah
sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan,
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Khususnya dalam peningkatan
kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak didik dapat
dideskripsikan sebagai berikut
a) Mengikutsertakan
para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah wawasannya
b) Berusaha
menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat belajar,
kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di depan papan
pengumuman.
c) Menggunakan
waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi.
2) Kepala
sekolah sebagai manager
Sebagai manager kepala sekolah
harus mampu mendayagunakan sumber daya sekolah dalam mewujudkan visi, misi, dan
mencapai tujuannya. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di
sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus menjadi juru penengah
dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan
stackholder sekolah. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manager, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama.
3) Kepala
sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai
administrator memiliki hubungan yang erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh
program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus mampu mempunyai kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi
keuangan.
4) Kepala
sekolah sebagai supervisor
Sebagai supervisor kepala sekolah
mensupervisi kegiatan yang di lakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan
starrat, 1993 (dalam Madri, 2012 : 147) menyatakan bahwa supervisi merupakan
suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan
supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah.
5) Kepala
sekolah sebagai leader
Wahjosumejo, 1999 (dalam Madri,
2012 : 147) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki
karakter khusus yang mencangkup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan
pengetahuan propesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan
kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis melalui aspek kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan
mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala
sekolah sebagai pemimpin akan tercemin pada sikapnya yang jujur, percaya diri,
tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi
yang stabil, dan teladan.
6) Kepala
sekolah sebagai inovator
Kepala sekolah sebagai inovator
dalam meningkatkan profesionalisme tenga kependidikan akan tercermin dari
caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif,
intergratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable,
dan fleksibel. Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan,
dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut
misalnya moving kelas.
7) Kepala
sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator kepala sekolah
memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenga
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan dari pengaturan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif dan penyediaan sumber belajar melalui perkembangan
pusat belajar.
8) Kepala
sekolah sebagai pejabat formal
Peranan kepala sekolah sebagai
pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat
dengan menggunakan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam
pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Di dalam
lingkungan organisasi kepemimpinan terjadi dalam dua bentuk yaitu kepemimpinan
formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan
atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang di tunjuk atau yang
dipilih melalui proses seleksi.
b.
Komite sekolah, berperan dalam membina
dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan
sekolah yang berkualitas.
c.
Kepala urusan tata usaha, berperan dalam
menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan
siswa, membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah, menyusun
administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan menyajikan data statistik
sekolah, mengkoordinasikan melaksanakan K6, dan membuat laporan kegiatan tata
usaha.
d.
Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, berperan dalam menyusun program pengajaran,
pembagian tugas guru, jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria
kenaikan/ketidak naikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba
akademis, dan MGMP.
e.
Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, berperan dalam menyusun program pembinaan
OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, melaksankan
kordinasi K6, pemilihan siswa teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program
ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan kesiswaaan secara berkala.
f.
Wakil
Kepala Sekolah Bidang Sarana, berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana
dan prasarana, mengkordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola
pembiayaan alat-alat pengajaran, dam menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana
dan prasarana secara berkala.
g.
Wakil
Kepala Sekolah Bidang Humas, berperan dalam mengatur dan menyelengarakan
hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hungan antar sekolah,
komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala.
h.
Koordinator
BK, berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/siswi, mengatasi
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang di lakukan siswa/siswi pada saat
proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan
dengan: kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis
pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang
bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
i.
Dewan guru, berperan dalam mendidik,
membimbing, dan mengarahkan siswa siswi, melalui proses belajar mengajar di
sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa dan siswi.
j.
Wali kelas
1)
Pengelolaan
kelas
2)
Penyelenggaraan
administrasi kelas meliputi : Denah tempat duduk siswa, Papan absensi siswa,
Daftar pelajaran kelas, Daftar piket kelas,Buku absensi siswa, Buku kegiatan
pembelajaran/buku kelas, Tata tertib siswa, pembuatan statistik bulanan siswa
3)
Pengisian
daftar kumpulan nilai (legger)
4)
Pembuatan
catatan khusus tentang siswa
5)
Pencatatan
mutasi siswa
6)
Pengisian
buku laporan penilaian hasil belajar
7)
Pembagian
buku laporan hasil belajar
k.
Pustakawan Sekolah
1)
Perencanaan
pengadaan buku/bahan pustaka/media elektronik
2)
Pengurusan
pelayanan perpustakaan
3)
Perencanaan
pengembangan perpustakaan
4)
Pemeliharaan
dan perbaikan buku-buku / bahan pustaka / media elektronika
5)
Inventarisasi
dan pengadministrasian buku-buku / bahan pustaka / media elektronika
6)
Melakukan
layanan bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya, serta masyarakat
7)
Penyimpanan
buku perpustakaan / media elektronika
8)
Menyusun
Tata tertib perpustakaan
9)
Menyusun
Laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala
l.
Pengelola Laboratorium
1)
Perencanaan
pengadaan alat dan bahan laboratorium
2)
Menyusun
jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium
3)
Mengatur
penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium
4)
Memelihara
dan perbaikan alat-alat laboratorium
5)
Inventarisasi
dan pengadministrasian peminjam alat-alat laboratorium
6)
Menyusun
laporan pelaksanaan kagiatan laboratorium
SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI DI SEKOLAH DASAR
Reviewed by ekabanban
on
7:30 PM
Rating:
mohon ma'af dan izin sy ambil materi ini.trmksh.
ReplyDelete