Filsafat Ilmu (Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama)
1.
Pengertian Filsafat
Dalam konteks ilmu pengetahun,
pengertian filsafat sebenarnya sederhana dan mudah untuk dipahami. Filsafat
merupakan suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan
manusia. Dengan kata lain, selama manusia itu hidup, dia tidak akan mampu
mengelak dari filsafat atau dalam kehidupannya manusia senantiasa berfilsafat.
Misalkan seperti ada orang yang berpendapat bahwa uang atau materi merupakan
sumber kebenaran dalam hidupnya, maka orang itu bisa dikatakan berfilsafat
materialisme. Contoh lain, jika ada orang yang senantiasa berpandangan bahwa
kebebasan hidup, bernegara, maupun individu, maka orang tersebut menganut
tersebut berfilsafat liberalisme. Jika ada orang yang berpandangan bahwa
kenikmatan merupakan nilai yang terpenting dalam hidupnya, maka orang tersebut
berfilsafat hedonisme (Kaelan, 2007), dan masih banyak pandangan filsafat
lainnya.
Sebelum dipahami lebih lanjut
tentang filsafat, maka penting untuk terlebih dahulu memahami pengertian dan
istilah filsafat. Secara etismologi Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani
: ”philosophia” yang beraarti cinta akan kebijaksanaan. “Philo” artinya cinta,
dan “shopia” artinya kebijaksanaan (Erwin, 2011). Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab. Dan
di Indonesia sendiri menjadi “filsafat” yang berarti pengetahuan dan
penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebabnya, asalnya,
hukumnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Hal ini nampaknya sesuai dengan
sejarah timbulnya ilmu pengetahuan, yang sebelumnya di bawah naungan filsafat.
Jadi manusia dalam hidupnya pasti memilih apa pandangan dalam hidup yang
dianggap benar, paling baik, dan membawa kesejahtraan dalam kehidupannya,
itulah yang disebut filsafat. Kalau ditinjau dari lingkup pembahasannya, maka filsafat
meliputi banyak bidang, antara lain tentang manusia, masyarakat, alam,
pengetahuan, etika, logika, agama, estetika, dan bidang lainnya. Oleh karena
itu, seiring dengan perkembangan jaman, dan ilmu pengetahuan, maka muncul dan
berkembang pula ilimu filsafat yang berkaitan dengan filsafat politik, filsafat
agama, filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan dan
berbagai filsafat lainnya (Kaelan, 2007: 8).
Lebih lanjut lagi, Kaelan (2007: 8),
memaparkan bahwa keseluruhan arti filsafat meliputi berbagai masalah tersebut
dapat dikelompokan menjadi dua macam sebagai berikut.
Pertama,
filsafat sebagai produk, mencakup pengertian. (a) Pengertian filsafat yang
mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, kosep dan para
filsuf pada zaman dahulu, teori, system atau pandangan tertentu, yang merupakan
hasil dari proses berfilsafat dan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. (b) Filsafat sebagai suatu jenis problema yang
dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam
pengertian jenis ini mempunyai cirri-ciri khas tertentu sebagai hasil kegiatan
berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini
diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat (dalam pengertian filsafat sebagai
proses yang dinamis).
Kedua,
filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian. Filsafat yang diartikan
sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai
dengan objek permasalahannya. Dalam pengertian ini, filsafat merupakan suatu system
pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat dama pengertian ini tidak lagi
hanya merupakan sekumpulan dogma (pokok ajaran) yang hanya diyakini dan
ditekuni, serta dipahami sebagai suatu system nilai tertentu, tetapi lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.
Dari
semua itu, dapat disimpulkan bahwa manfaat yang didapat apabila mempelajari
tentang filsafat adalah filsafat mengajarkan dan melatih kita untuk
berpandangan luas atau tidak picik dalam memandang dunia. Manfaat lainnya yang
dikutip dari Ali Saifullah dalam Erwin (2011: 20) diantaranya.
1. Meskipun
kita harus menghindari timbulnya pandangan bahwa
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, penulis dapat simpulkan bahwa filsafat merupakan pandangan hidup dalam
mencari kebijaksanaan, kesejahtraan dalam hidup dan dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi yang berdasarkan kepada kebenaran. Kegiatan
berfilsafat bisa dikatakan sebagai kegiatan merenung. Tetapi merenung bukanlah
melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan.
Perenungan yang dimaksud dalam berfilsafat ialah percobaan untuk menyusun suatu
system pengetahuan yang rasional, yang mamadai untuk memahami dunia tempat kita
hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Filsafat itu bisa datang
sebelum dan sesudah ilmu, namun tentulah ada ketika manusia ada, yang
memberikan makna bahwa dasar dari yang disebut tahu kepada pengetahuan beranjak
kepada ilmu yang kemudian menjadi pengetahuan lanjutan.
2.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Berbicara
mengenai ilmu pengetahuan beserta definisinya tidak semudah yang dibayangkan. Adanya
berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan belum dapat menolong untuk memahami
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan secara etimologi merupakan kata
bentukan yang berasal dari 2 kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah suatu
hasil darti proses kerja otak, sedangkan pengetahuan yang berkata dasar tahu
artinya sadar/insaf dengan penambahan afiksasi pe-an (pengetahuan) menjadi kata
benda artinya kumpulan dari hasil kesadaran manusia terhadap sesuatu. Misalnya
kesadaran manusia terhadap fenomena alam maka muncul Ilmu alam, kesadaran
manusia terhadap fenomena sosial maka muncul ilmu sosial, kesadaran manusia
terhadap fenomena kebudayaan maka muncul ilmu budaya dan lain sebagainya
Pengertian
ilmu yang terdapat dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode
tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu.
Mulyadhi Kartanegara (dalam Bakhtiar, 2004: 12) mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum
abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik
atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip dari Bakhtiar
(2004:15) diantaranya adalah :
1)
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
2)
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,
mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke
empatnya serentak.
3)
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah
lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana.
4)
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu
adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan,
studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
5)
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan
akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera
manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk :
“ jika .... maka “.
6)
Afanasyef, menyatakan ilmu adalah
manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Dalam
Wikipedia, ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu
bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Sedangkan
Pengetahuan dalam Wikipedia adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna.
Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan
yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut.
Pengetahuan
yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai
pengetahuan empiris
atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan
pengamatan dan pengamatan
yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga
dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan
dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi
berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi
dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain
pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi
yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme
lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 =
2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan
melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan
tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan
sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak
untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan
kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan
menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Pengetahuan
adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri dan
kehidupanya. Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam tiap prang
yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal,
bersekolah ataupun tidak bersekolah, sudah pasti memiliki pengetahuan. Namun
pengetahuan sifatnya acak . bagi kita manusia, pengetahuan itu sangat
potensial. Oleh karena itu, pengetahuan yang acak itu ditingkatkan menjadi ilmu
(Sumaatmadja, 1999: 2.25).
Sementara
sumber-sumber pengetahuan adalah berasal dari tahu akan suatu peristiwa dan
realitas objektif di alam semesta ini, dan tahu adalah hasil daripada
kenal,sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Berdasarkan
definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense,
tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada
adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal
ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang
tidak teruji lebih dahulu.
Secara
lebih jelas ilmu seperti sebuah vas bunga, yakni sebagian bunga yang sudah dipetik
dan ditata secara apik, sehingga menjadi vas bunga. Sedangkan pengetahuan
adalah bunga-bunga yang masih berada di tangkainya, di kebun bunga, di pasar
dan belum terata baik..
3.
Pengertian Agama
Ada
banyak definisi tentang agama. Definisi-defini itu tidak ada yang sempurna
karena tidak dapat memuaskan semua orang. Lagi pula ada banyak agama dan
membuat orang menjadi sulit membuat definisi itu. Definisi tentang agama
dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak
terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama
yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya (Wikipedia). Agama juga merupakan
kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan itu (Ngurah,
2006: 14). Dengan definisi itu maka sembahyang, beryadnya, melakukan kebaikan
kepada sesama manusia juga merupakan agama.
Walaupun
kita tidak cepat percaya pada sesuatu, tetapi percaya itu perlu dalam hidup
ini. Orang yang tidak mempunyai kepercayaan kepada sesuatu, akan selalu dalam
keadaan bimbang, bingung, ragu, tidak aman, curiga dan tidak mempunyai tempat
berpegang yang pasti. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan
pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang
luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini
membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa diri dan
sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan, dan menaati segenap ketetapan, aturan,
hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian
diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada
Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan
dan Tuhan.
Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian
tersebut dapat disebut agama.
Manusia memeluk
sebuah agama berlandaskan beberapa cara, antara lain:
1)
Tradisional, yaitu cara beragama
berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur
atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama,
sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar
agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu
amal keagamaanya.
2)
Formal,
yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau
masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang
berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam
beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan
ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan
nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3)
Rasional,
yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan,
ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara
tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
Metode Pendahulu, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan
dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang
dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa
oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Demikian
pula terdapat unsur-unsur dalam agama yang menurut Menurut Leight, Keller dan
Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok (Wikipedia), yaitu, (1)
kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan
lagi, (2) simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya, (3) praktik keagamaan,
yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan
horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama, (4)
pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi, (5) umat beragama, yakni penganut
masing-masing agama.
Fungsi dari agama yang dipeluk oleh manusia
adalah sebagai sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok, mengatur tata
cara merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah, pedoman mengungkapkan
rasa kebersamaan, pedoman perasaan keyakinan, pedoman keberadaan, pengungkapan estetika
(keindahan), pedoman rekreasi dan hiburan, serta memberikan identitas kepada
manusia sebagai umat dari suatu agama.
Filsafat Ilmu (Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama)
Reviewed by ekabanban
on
9:29 PM
Rating:
No comments: